Minggu, 10 Februari 2019

Mode pembelajaran savi

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Postingan Ovilia yunita
https://filediamant.wordpress.com/2012/03/18/65-model-pembelajaran-dan-15-metode-pembelajaran/

Model pembelajaran berbasis masalah

Prinsip-prinsip proses pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) yang harus diperhatikan meliputi hal-hal berikut.

a. Konsep Dasar (Basic Concept).

Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang diperlukan dalam pembelajaran.

b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).

Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap masalah secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah pada penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi dalam memecahkan permasalahan.

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).

Masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas masalah misalnya dari buku atau artikel di perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan untuk memecahkan masalah.

d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan.

Postingan : Winata

https://www.padamu.net.

Model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

2.  Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran?

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:

Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

Postingan dibuat oleh julik suyanti

https://akhmadsudrajat.wordpress.com

Model pembelajaran bersiklus

Model pembelajaran bersiklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert karplus dalam science curriculum improvement study/SCIS (Throwbridge & Bybee 1996).
Menurut Lorsbach (2006), learning cycle adalah sebuah model pembelajaran dalam ilmu pendidikan yang konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar.
Learning cycle atau siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif (Fajaroh, 2008).
Menurut Renner pembeajaran bersiklus atau Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Ciri khas model pembelajaran Learning Cycle ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan mahasiswa, (Santoso, 2005:34).
Menurut Ali (1993) siklus belajar adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur.
Sementara Aksela (2005) menyatakan dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang dosen ke otak mahasiswanya.
Rapi (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar/ Learning cycle dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki serta mengaitkan konsep-konsep yang sudah dipahami dengan konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Sedangkan menurut Khairani (2011), model pembelajaran Learning Cycle 5E mempunyai fase-fase yang yang menuntut siswa untuk lebih aktif menggali dan memperkaya pemahaman siswa terhadap konsep- konsep yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: eksplorasi (exploration), menjelaskan (explanation), dan memperluas (elaboration/extention), yang dikenal dengan learning cycle 3E.
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan menjadi lima tahap, yaitu: pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan (explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation), sehingga dikenal dengan learning cycle 5E.
yaitu Eksplorasi (exploration), Pengenalan konsep (concept introduction) dan Aplikasi konsep (concept application).
Siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi materi secara bebas.
Siswa mengobservasi dan memahami fenomena alam dengan menggunakan pengetahuan awalnya.
Siswa mengembangkan pengetahuan baru yang melibatkan pengalaman konkrit siswa dengan sedikit bimbingan guru.
Tujuan eksplorasi ini adalah untuk merangsang minat siswa. Tujuannya bagi guru adalah mengetahui pengetahuan awal siswa.
Guru mengenalkan konsep baru serta menghubungkan antar konsep yang siswa temukan pada fase eksplorasi.
Pengenalan konsep dapat dilakukan dengan cara diskusi, melihat tayangan gambar/charta, dsb.
Siswa dibimbing untuk memahami konsep dan prinsip-prinsipnya sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menunjukkan membenahi konsep awal yang mereka miliki.
Siswa berpikir tentang cara mengaplikasikan konsep yang mereka dapat pada fase II untuk diterapkan pada situasi lain.
Tujuannya adalah secara umum siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka.
Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada fase yang kedua.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya pada pengembangan konsep yang lebih lanjut.
Menurut Piaget (1989) model pembelajaran LC (Learning Cycle (5 E)) pada dasarnya memiliki lima fase yaitu:
Bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi pelajaran.
Lawson mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1.Deskriptif yaitu  para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2.Empiris-induksi yaitu para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3.Hipotesis deduktif yaitu dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
1.Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya.
2.Memberikan motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan.
3.Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen.
4.Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari.
5.Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.
1.efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2.menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3.memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4.memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Postingan dibuat oleh dindaagnes

abdulgopuroke.blogspot.com/2017/01/model-pembelajaran-bersiklus-atau.html#

Model pembelajaran kooperatif

Adapun metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam jenis atau tipe. Berikut dibawah ini pemahaman untuk Anda yang ingin mengetahui apa saja yang terdapat di metode pembelajaran kooperatif. Diantaranya sebagai berikut:

1. MODEL JIGSAW

Metode jigsaw dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, setiap kelompoknya terdiri dari 3-5 siswa. Dimana setiap anggota memiliki tugas yang berbeda-beda.

Selanjutnya guru akan meminta kepada masing-masing setiap anggota dari semua kelompok yang memiliki tugas yang sama akan kembali membentuk kelompok untuk mendiskusikan dan mencatat pendapat dari setiap anggotanya.

Setelah diskusi selesai, setiap anggota akan diminta untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan memberikan laporan dari hasil diskusi yang dilakukannya dengan anggota dari kelompok lain yang memiliki tugas yang sama dengannya.

Setiap anggota dalam kelompok harus memahami setiap tugas yang dimiliki oleh anggota lain dalam kelompoknya. Setelah itu, guru akan menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menyampaikan hasil diskusi yang dilakukan.

Kelompok lain yang tidak diminta untuk menjelaskan, diharuskan untuk memberikan pendapat mengenai penjelasan yang disampaikan oleh kelompok tersebut. Guru akan kembali melakukan klarifikasi untuk jawaban atau kesimpulan yang kurang tepat atau sempurna.

2. MODEL THINK PAIR AND SHARE

Pada awalnya guru akan menyampaikan inti dari keseluruhan materi yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi antar siswa. Setelah materi selesai disampaikan, para siswa diminta untuk berdiskusi dengan cara berpikir kritis dan mengutarakan hasil pemikirannya dengan teman sebelahnya.

Kemudian guru akan membagi para siswa untuk membentuk kelompok kecil yang berfungsi agar para siswa secara bergantian akan mengutarakan hasil diskusinya dalam kelompok tersebut.

Dalam model think pair and share gw berperan untuk mengalahkan setiap kelompok untuk langsung membahas pada pokok permasalahan sehingga secara tidak langsung akan menambah materi yang belum disampaikan oleh guru. Diakhir pembelajaran, guru akan menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan oleh para siswa.

3. MODEL DECISION MAKING

Model decision making diawali dengan guru yang akan menyampaikan tujuan dan rumusan masalah dari materi yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi oleh siswa. Penyampaian materi dilakukan melalui media seperti gambar atau contoh kasus yang sesuai dengan diskusikan.

Setelah selesai menyampaikan materi, guru akan meminta para siswa untuk bergabung dalam kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut para siswa akan diminta untuk mengindentifikasikan penyebab permasalahan, mencari alternatif jalan keluar dan mencari jalan keluar agar masalah tersebut tidak kembali terjadi.

4. MODEL GROUP INVESTIGATION

Siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Ketua kelompok akan dipanggil untuk mengambil satu materi yang akan dibahas dalam kelompoknya. Setiap kelompok akan membahas materi yang berbeda.

Setelah itu ketua kelompok akan kembali ke dalam kelompoknya dan memulai melakukan diskusi berdasarkan materi yang ditentukan. Setelah diskusi selesai, ketua kelompok sebagai juru bicara akan menyampaikan hasil diskusinya dihadapan kelompok lain. Penjelasan akan ditutup dengan tanggapan yang diberikan oleh guru sekaligus guru akan memberikan penjelasan singkat beserta kesimpulan dari apa yang disampaikan oleh kelompok tersebut.

5. MODEL DABATE

Guru akan membagi para murid menjadi dua kelompok yang terdiri dari satu kelompok pro satu kelompok kontra terhadap materi atau kasus yang akan diangkat. Kelompok pro akan menanggapi pendapatat dari kelompok kontra berikut pula selanjuntya sampai setiap murid penyampaikan pendapatnya.

Ketika setiap kelompok mengemukakan atau menyampaikan gagasannya, guru akan menuliskan hal-penting yang berasal dari pembicaraan dari kedua kelompok tersebut. Diakhir diskusi guru akan meminta para siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan yang berisi tujuan yang ingin dicapai dari kasus tersebut.

6. MODEL MIND MAPPING

Siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 2-3 orang di dalamnya. Setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan mencari jalan keluar untuk sebuah kasus yang diberikan oleh guru.

Setelah diskusi selesai, secara acak guru akan meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya secara bergantian. Dimana hal-hal yang dinilai penting akan dicatatat oleh guru di papan tulis dan diakhir pelajaran para siswa diminta untuk merangkum atau membuat kesimpulan berdasarkan data yang ada di papan tulis.

Sampai dengan saat ini model pembelajaran kooperatif dinilai paling efektif karena selain mempelajari ilmu pengetahuan, siswa secara tidak langsung belajar bagaimana berinteraksi dalam sebuah kelompok dan cara menghargai perbedaan pendapat atau cara pandang antar anggotanya.


Postingan dibuat oleh fadia
Outlet://www.masukuniversitas.com

Video 1 dan 2 WinataUtama

https://m.youtube.com/watch?v=8Cq__UX4ME4